Senin, 03 Desember 2012

Menyikapi Fenomena Galau



Oleh: Bayu Mega Prasetya, S.E.

Manusia, sebagai kodratnya memang makhluk yang selalu mempunyai permasalahan dengan kompleksitas yang sangat tinggi. Harus mempunyai visi, harus memiliki misi dalam menjalani segi-segi kehidupan yang mungkin kurang bersahabat ini. Manusia terlahir dengan sosok yang dinamis, penuh impian, penuh harapan, penuh semangat, penuh keberhasilan dan yang terakhir yang paling tidak manusia inginkan adalah penuh dengan “gundah gulana, galau” dan penuh kegagalan.

Ya, sekarang kata ini sedang lagi tren di dunia pertemanan Indonesia “Gundah Gulana, Galau”. Gundah Gulana / Galau menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah ga-lau a, ber-ga-lau a sibuk beramai-ramai; ramai sekali; kacau tidak karuan (pikiran); ke-ga-lau-an n sifat (keadaan hal) galau.

Ketika keadaan atau kenyataan tidak sesuai dengan yang manusia inginkan atau harapkan maka akan menjadi sebuah masalah bagi diri manusia itu sendiri. Lantas apa yang harus dilakukan? Masalah demi masalah selalu siap menghantui kehidupan manusia. Tidak pandang bulu siapa yang diserangnya, bisa orang dewasa, orang yang tua bahkan anak usia remaja. Ada banyak cara dalam upaya untuk meredam, meringankan masalah yang ada. Ada yang dengan melakukan curhat kepada orang yang disayangi atau dipercayainya, berteriak keras ditempat sepi dan luas, hingga memecahkan sesuatu barang, atau yang lebih ekstrim lagi dengan melakukan tindakan yang melanggar hukum (minum-minuman keras, dll).Curhat? Ok-ok saja, tapi jangan tidak pada tempatnya yang akhirnya dapat membuka aib seseorang dan dapat menggunjing, misalkan curhat dengan update status via facebook. Berteriak-teriak keras? Hmm… Kalau ketahuan orang kan jadinya bisa dianggap orang gila, hehehe plus buat ganggu orang lagi. Sesuai dalam Qur’an di mana Allah SWT lebih suka dengan manusia yang lebih mempelankan suaranya dan justru tidak mengeraskannya. Memecahkan barang? Bagaimana jika yang dipecahkan perabotan milik istri atau Ibu?, pasti akan tercipta dua masalah lagi bahkan tiga karena harus menggantinya dengan uang kantong yang ternyata sedang kosong. Hehehe. Mabuk? Hmm… Saya rasa dan sarankan “JANGAN”! Ayolah jangan mau untuk menuruti nafsu setan sesaat yang jelas tujuannya mereka ingin mengajak manusia untuk ikut bersama mereka di neraka jahannam. Na’udzu billahi mindzalik… Kata orang yang sudah melakukan hal-hal semacam itu bilang, “Kalau punya masalah kita mabuk aja, kita minum pil aja, nanti pikiran akan menjadi nyaman seperti terbang tanpa beban dan masalah pun jadi hilang”. Saya berpikiran kalau manusia macam seperti itu terlalu takut akan masalah yang dihadapi dan sudah merasa menyerah serta akhirnya mereka memutuskan untuk bergabung di kubu setan. Ayyolahhh buddy, sobat dan sahabat di manapun… Janganlah kalian melakukan hal buruk semacam itu ketika memang dirasa sudah menyerah! Jangan melakukan hal yang ingin menyelesaikan masalah dan justru itu menambah rentetan panjang masalah. Kalau setelah mabuk, hilang kesadarannya dan kemudian melakukan pemukulan? Tindakan asusila? Dll? Bukannya itu menambah masalah yang ada?!!

Kesimpulannya, menurut saya, “Dalam Kamus Besar orang sukses tidak ada kata menyerah dan penyesalan yang tiada akhir”. Dari setiap yang manusia harapkan pasti selalu saja ada kendala, selalu saja ada masalah. Orang sukses memiliki perjalanan hidup yang panjang dan penuh liku ibarat tidak ada nahkoda yang hebat di laut yang tenang. Jangan mau diperdaya untuk masuk dalam jebakan kenikmatan nafsu setan sesaat yang deritanya sangat amat berat dan lama. Lakukan dengan kerja keras/berusaha dilanjutkan berdoa dan kemudian tawakkal. Sesuai dengan Quran Surat Ar-Ra’d ayat 11, yang artinya "Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum kecuali kaum itu sendiri yang mengubah apa-apa yang pada diri mereka".

Referensi:
AlQuran
http://kamus.sabda.org/kamus/galau/

0 komentar:

Posting Komentar

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Affiliate Network Reviews